Teknik Menulis yang Biasa Dipakai Fiksi tapi Cocok Buat Non-Fiksi
Dalam dunia penulisan, banyak teknik yang biasa digunakan dalam karya fiksi ternyata juga sangat efektif ketika diterapkan dalam tulisan non-fiksi. Teknik-teknik ini membantu membuat tulisan non-fiksi menjadi lebih menarik, menggugah emosi, dan lebih mudah dicerna oleh pembaca. Berikut adalah beberapa teknik menulis fiksi yang cocok untuk diaplikasikan dalam karya non-fiksi:
1. Narasi Deskriptif
Teknik ini sering digunakan dalam fiksi untuk membangun suasana dan mendeskripsikan setting. Namun, dalam non-fiksi, deskripsi yang detail juga sangat berguna, misalnya saat menggambarkan situasi, tempat, atau tokoh nyata. Dengan menambahkan narasi deskriptif, pembaca dapat merasakan suasana lebih nyata dan terlibat secara emosional dalam cerita.
Contoh penerapan dalam non-fiksi bisa ditemukan pada tulisan feature atau biografi, di mana penulis menggambarkan detail latar belakang karakter atau kejadian penting yang menyentuh perasaan pembaca.
2. Penggunaan Dialog
Dialog adalah elemen penting dalam fiksi untuk mengembangkan karakter dan membangun hubungan antar tokoh. Dalam non-fiksi, dialog dapat memberikan warna pada tulisan, terutama dalam esai naratif, buku biografi, atau artikel jurnalistik. Dialog memungkinkan pembaca merasa lebih dekat dengan orang-orang nyata yang menjadi subjek tulisan.
Misalnya, saat menuliskan pengalaman hidup seseorang, menyertakan percakapan langsung yang pernah terjadi memberikan kedalaman dan otentisitas pada cerita.
3. Show, Don’t Tell
Dalam fiksi, teknik “show, don’t tell” digunakan untuk menyampaikan informasi melalui tindakan, dialog, atau detail, daripada langsung memberitahu pembaca. Teknik ini juga sangat efektif dalam non-fiksi. Alih-alih sekadar menyebutkan fakta atau kesimpulan, penulis bisa menunjukkan bukti-bukti konkret melalui cerita, statistik, atau pengalaman nyata yang mengarah pada pemahaman pembaca.
Misalnya, saat menulis artikel tentang perubahan iklim, daripada hanya menulis “Bumi semakin panas,” penulis bisa menggambarkan dampaknya, seperti mencairnya es di Kutub Utara atau kebakaran hutan yang semakin sering terjadi.
4. Pengembangan Karakter
Meski dalam non-fiksi tokoh-tokoh yang diangkat adalah orang nyata, teknik pengembangan karakter dari fiksi tetap relevan. Memberikan latar belakang, motivasi, dan konflik internal yang dihadapi tokoh dalam sebuah cerita non-fiksi akan membuat pembaca lebih terhubung secara emosional. Ini bisa diterapkan dalam penulisan profil seseorang atau tokoh sejarah.
Dengan menggali aspek psikologis dan emosional dari tokoh yang ditulis, pembaca akan lebih mudah memahami pilihan dan tindakan orang tersebut.